Sisca: Korban Penjambretan?
Kematian gadis cantik Franciesca Yofie (Sisca) pada 5 Agustus 2013 kemarin masih menyisakan tanda tanya. Apakah kematiannya karena penjambretaan tas yang berakhir dengan kematian? Ataukah lebih dari penjambretan biasa? Ada unsur perencanaan pembunuhan?
Pihak kepolisian berkesimpulan bahwa kematian Sisca adalah kriminal murni yakni penjambretan yang dilakukan oleh Wawan dan Ade yang berujung kematian Sisca. Pada kejadian itu diceritakan Sisca berusaha merebut kembali tas itu. Dalam upayanya itu, Sisca terjatuh ketika memegangi leher Wawan yang dibonceng sepeda motor. Kata Wawan, saat terjatuh itulah rupanya rambut Sisca terjerat roda sepeda motor.
Akibatnya, Sisca terseret sepeda motor yang dikemudikan Ade sejauh sekitar 500 meter. Wawan mengaku menebaskan golok ke rambut Sisca agar perempuan itu tidak terus terseret. Namun, sabetan golok itu justru mengenai kepalanya.
Tetapi ada beberapa pihak berpendapat lain. Kematian Sisca adalah pembunuhan berencana. Diduga ada hubungannya dengan Perwira A. Wawan dan Ade hanyalah pembunuh bayaran amatir yang diperintahkan untuk menghabisi nyawa korban. Pihak kepolisian yang dinilai kurang serius dalam menangani kasus ini terkesan melindungi perwira A. Masyarakat menilai rekonstruksi yang dilakukan hanya setengah hati, betapa tidak kejadian penjambretan tidak dilakukan dengan sepeda motor berjalan seperti yang terjadi pada malam takbiran lalu. Ditambah lagi, yang melakukan visum bukanlah seorang dokter kepolisian khusus melainkan seorang dokter umum.
Polisi dituntut untuk lebih ekstra serius dalam mengungkap kasus ini. Berkaitan dengan pemulihan citra kepolisian yag akhir-akhir ini tercoreng akibat beberapa oknum yang kurang disiplin. Masyarakat harus dipuaskan dengan beberapa pemaparan yang komplit dan logis dalam menguatkan penyelidikan. Sehingga masyarakat yakin bahwa polisi sudah melakukan tugasnya sesuai dengan aturan dan standar yang berlaku.
Pihak kepolisian berkesimpulan bahwa kematian Sisca adalah kriminal murni yakni penjambretan yang dilakukan oleh Wawan dan Ade yang berujung kematian Sisca. Pada kejadian itu diceritakan Sisca berusaha merebut kembali tas itu. Dalam upayanya itu, Sisca terjatuh ketika memegangi leher Wawan yang dibonceng sepeda motor. Kata Wawan, saat terjatuh itulah rupanya rambut Sisca terjerat roda sepeda motor.
Akibatnya, Sisca terseret sepeda motor yang dikemudikan Ade sejauh sekitar 500 meter. Wawan mengaku menebaskan golok ke rambut Sisca agar perempuan itu tidak terus terseret. Namun, sabetan golok itu justru mengenai kepalanya.
Tetapi ada beberapa pihak berpendapat lain. Kematian Sisca adalah pembunuhan berencana. Diduga ada hubungannya dengan Perwira A. Wawan dan Ade hanyalah pembunuh bayaran amatir yang diperintahkan untuk menghabisi nyawa korban. Pihak kepolisian yang dinilai kurang serius dalam menangani kasus ini terkesan melindungi perwira A. Masyarakat menilai rekonstruksi yang dilakukan hanya setengah hati, betapa tidak kejadian penjambretan tidak dilakukan dengan sepeda motor berjalan seperti yang terjadi pada malam takbiran lalu. Ditambah lagi, yang melakukan visum bukanlah seorang dokter kepolisian khusus melainkan seorang dokter umum.
Polisi dituntut untuk lebih ekstra serius dalam mengungkap kasus ini. Berkaitan dengan pemulihan citra kepolisian yag akhir-akhir ini tercoreng akibat beberapa oknum yang kurang disiplin. Masyarakat harus dipuaskan dengan beberapa pemaparan yang komplit dan logis dalam menguatkan penyelidikan. Sehingga masyarakat yakin bahwa polisi sudah melakukan tugasnya sesuai dengan aturan dan standar yang berlaku.